Jika ingin melihat budaya sebuah bangsa, lihatlah dulu suporter sepakbolanya. Ini bukanlah adagium atau kata-kata mutiara dari tokoh sepakbola terkenal. Namun, sudah jamak diketahui, jika kita mendapati suporter sepakbola, atau olahraga lain pada umumnya masih sering mendengung-dengungkan kata-kata rasis, berbuat anarki, maka seperti itulah gambaran umum dari budaya bangsanya.
Dimanapun, setiap klub tentulah membutuhkan basis massa, sebagai salah satu bentuk dukungannya. Apa yang didapatkan dari basis massa ini? Sudah tentu dukungan pada klub tersebut. Lalu, mengapa sampai timbul adanya dukungan? Tak lain karena adanya fanatisme. Masalahnya sekarang, sudah tertanam di mindset kita, suporter sepakbola Indonesia selama ini, bahwa fanatisme itu the one and the only, HANYA menyangkut fanatisme suku, daerah atau etnis. Khas banget bawaan sejak era perserikatan.
Apakah gambar diatas sangat pantas untuk seorang suporter ? memang sih Fanatis, tapi tidak dengan kerusuhan . jika ingin Bangsa kita dipandang maju oleh negara-negara lain , pengurus sepak bola hendaknya menertibkan para suporter , duduk rapih dalam sebuah pertandingan .!!
ini adalah yang disebut Fanatisme , Fanatis dengan cara berkreasi, dengan fanatisme seperti ini bangsa kita bisa saja dipandang lebih oleh bangsa-bangsa lain diEropa atau pun diAsia sebagai bangsa yang berprestasi di kanca sepak bola dunia.
Bila bicara tentang prestasi sepak bola maka tidak asing lagi bila terdapat sindiran / nyinyiran dari dalam pembicaraan tersebut terlebih bila yang dibicarakan adalah dunia persepakbolaan lokal. Ya! mungkin bisa dibilang semua tahu tentang hal itu “prestasi” yang dari musim kemusim yang tak kunjung tiba, meskipun ada butuh kerja keras yang amat sangat melelahkan terlebih mereka terlelah dengan orang-orang yang selalu mencoba mengambil keuntungan pribadi maupun golongan partainya.
Sudah tentu bila para pejabat berkepentingan carut marut saling sikut maka yang akan kena imbasnya adalah yang dibawah. mereka (pemain) berlatih keras guna meraih segudang prestasi namun hanya karena permasalahan perebutan jabatan berkepentingan itulah segala usaha mereka tuk meraih prestasi terbuang sia-sia.
Dan ternyata imbas dari perebutan kekuasaan ini juga tidak hanya dialami didalam negeri bahkan sangat berpengaruh terhadap prestasi bangsa di mata dunia melalui federasi sepakbola dunia bernama FIFA negara ini berangsur-angsur terus terperosok hingga di bulan Juni kemarin negara ini berada diperingkat 170 FIFA yang merupakan peringkat terburuk untuk bangsa ini.
Meskipun kondisi persepak bolaan negeri ini terpuruk tapi kita mesti bangga karena negara ini “Indonesia” pernah berkuasa sebagai Macan Asia bila kita melihat dari kacamata sejarah dan saat ini pesepakbolaan Indonesia menurut saya sedang dalam proses pembenahan diri untuk meraih prestasi, hal itu dapat kita lihat dari pertandingan-pertandingan internasional terakhir ketika melawan Belanda. Meski kita kalah 3-0 saat melawan Belanda tapi timnas kita dapat memberikan teknik bermain yang bagus.
Tidak hanya itu saja, timnas Indonesia pun sedang gencar-gencarnya merekut bakat-bakat para pemain naturalisasi yang ada di klub-klub sepak bola luar negeri dan pastinya ada sebab-akibat yaitu banyaknya talenta-talenta muda dalam negeri yang tersingkir.
sumber: Wikipedia